Follow Us @soratemplates

Sabtu, 27 Februari 2021

Kesetaraan Gender

Isu kesetaraan gender sepertinya tidak pernah lekang oleh waktu. Setiap tahun selalu berhembus isu ini dengan berbagai macam bentuknya.

Melalui tulisan ini saya coba nanggepin masalah isu kesetaraan gender dari sisi pengalaman saya pribadi ya. Bakal panjang ini. Semoga bermanfaat.

Saya hidup ditengah isu kesetaraan gender atau emansipasi wanita versi Kartini. Dan mulai SD - kuliah saya selalu jadi pemimpin walau itu cuma sekedar ketua kelas, ketua OSIS atau ketua organisasi. 

Dalam pikiran saya jelas terlintas, tuh kan wanita juga bisa memimpin. Sehingga saat ada yang bilang wanita itu harusnya dirumah saja, saya gak terima.

Mosok wanita bisa tapi ga boleh? Udah gitu gak boleh berpakaian menyerupai laki-laki. Apalagi ini? Ribet banget menurut saya saat itu yang hanya melihat berdasarkan logika dan keilmuan yang jelas barat oriented. Mulai dari tontonan yang lebih milih Hollywood dengan segala pernak perniknya yang membuat saya berpikir kesuksesan adalah sesuatu yang dilihat dari seberapa banyak uangmu, seberapa bagus mobil dan rumahmu dan hal duniawi lainnya.

Sehingga tujuan hidup yang terbayang adalah bagaimana kita setelah sekolah, membuktikan semua hal duniawi itu. Betapa saya yang saat sekolah merasa bahwa semua hal bisa saya upayakan dan selalu berhasil. Walaupun sempat ada yang gak sesuai rencana namun tetap diusahakan on track. Semua yang ada dipikiran hanya kalau saya mau berusaha pasti bisa. Tuhan saat itu bagi saya hanya sebagai Tuhan yang harus saya sembah tanpa saya tau esensi lainnya. 

Sampai kemudian diingatkan sama Allah bahwa semua yang terjadi di hidup saya itu bukan atas kendali saya. Bahwa pemikiran saya yang patokannya the secret dan kata motivator sebangsa Andre Wongso, TDM, Merry Riana dsb itu ternyata salah. Semua yang terjadi bukan karena usaha saya, bukan hasil pemikiran saya tapi semua karena Allah.

Sejak itu saya mulai mencari tahu tentang agama yang sudah saya anut sejak lahir. Dan ternyata saya sama sekali tidak mengenal agama saya blas. Saya hanya tau secara hafalan apa itu Rukun Islam dan Rukun Iman. Hafal ada 5 dan 6 itu. Hafal thok. Tanpa tau isinya. Tanpa paham maksudnya. 

Alhamdulillah Allah masih beri kesempatan pada saya untuk lebih mengenal agama saya ini. Agama yang telah saya anut sejak lahir. Semakin kesini baru saya tau kalau ajaran Islam itu tidak mengekang wanita namun melindungi wanita.

Betapa larangan berpakaian menyerupai laki-laki itu benar ada esensinya. Betapa sebaiknya wanita dirumah sebagai madrasah pertama anaknya adalah pondasi generasi kita dimasa depan. Saya yang belum dikaruniai anak bisa melihat pas pandemi ini, wanita yang berkarir sangat kerepotan handle anaknya PJJ. Bahkan mereka stress. Mereka lebih memilih menghadapi anak buah dikantor daripada menghadapi anak-anaknya. Padahal besok yang dipertanggungjawabkan di akhirat adalah bagaimana ibu menjaga amanah berupa anak yang dipercayakan Allah padanya bukan berapa banyak perusahaan yang berhasil dipimpinnya. 

Saya pun merasakan saat saya jadi pemimpin, saya sangat terpengaruh emosi. Pemimpin wanita itu gampang baper. Setangguh apapun wanita itu kalau sudah kena emosinya maka akan mempengaruhi kepemimpinannya. Saya merasakan sendiri dan melihat sendiri bagaimana teman-teman pemimpin wanita yang lain mengalami hal yang sama. Wanita itu lebih main perasaannya daripada logikanya. 

Sekali lagi ini berdasarkan pengalaman saya pribadi ya, yang sepertinya juga terbentuk karena tontonan yang saya lihat bertahun - tahun. Tontonan Hollywood yang menunjukkan wanita tangguh tapi mesti akhirnya takluk pada romantisme pria. Betapa tontonan ala - ala Cinderella dan sebangsanya yang membuat kebanyakan wanita ingin tampil tangguh tapi dalam hatinya ingin sesuatu yang romantis. Bagaikan berbadan Rambo hati hello Kitty lah.

Jadi benar adanya bahwa wanita dan pria itu berbeda.


Tidak perlu disamakan. Semua sudah disetting Allah untuk tujuan masing-masing. 


Dan wanita yang berpotensi seperti dia cerdas bisa bangun jembatan atau peneliti, tidak masalah. Dia bisa tetap berkiprah dengan tetap memperhatikan adab sebagai wanita. Dan itu tidak akan menghilangkan esensinya di tempat kerja tapi malah melindungi.

Saya dulu juga dalam hati protes. Kenapa kita ga boleh ambil praktisnya, pergi bareng teman kita pria ke kantor atau ke meeting karena searah. Kenapa selalu diasosiasikan bakal ada apa-apa kalo pria wanita itu bareng. Kan profesional. Bukan sekedar runtang runtung ga jelas? 

Percayalah saat Allah bilang jauhi segala sesuatu yang mendekati zina itu benar adanya untuk melindungi wanita. Karena tidak sedikit teman-teman yang akhirnya lebih nyaman dikantor bersama teman kerjanya daripada dirumah bersama keluarganya. Bahkan ada yang rumah tangganya kandas hanya karena keseringan bahas tugas kantor yang profesional itu.

Demikian sharing panjang saya. Semoga bermanfaat. Mohon maaf apabila kurang berkenan. Semoga kita bisa lebih melihat dengan hati kita masing-masing.

Yang saat ini selalu gelisah, yuk mulai lebih mengenal agama kita. Semua ada disana.

Wallahu alam bisowab







Tidak ada komentar:

Posting Komentar