Banyak pelajaran bisa kupetik dari ritual jalan pagi yang rutin
kulakukan. Benar-benar membuatku lebih bersyukur atas apa yang telah
kuperoleh selama ini.
Bagaimana saya tidak bersyukur saat saya jalan pagi jam 5-6 'hanya' melenggang kangkung, sudah banyak pedagang yang menggelar dagangannya didepan pasar, kulihat ibu-ibu bergegas sambil membawa belanjaan yang berat, kuli-kuli angkut hilir mudik membawakan belanjaan orang, berarti persiapan yang mereka lakukan sudah dari jam berapa? Jadi malu kalau saat ini saya masih sering mengeluh atas kehidupan yang saya jalani.
Bagaimana saya tidak bersyukur saat saya jalan pagi jam 5-6 'hanya' melenggang kangkung, sudah banyak pedagang yang menggelar dagangannya didepan pasar, kulihat ibu-ibu bergegas sambil membawa belanjaan yang berat, kuli-kuli angkut hilir mudik membawakan belanjaan orang, berarti persiapan yang mereka lakukan sudah dari jam berapa? Jadi malu kalau saat ini saya masih sering mengeluh atas kehidupan yang saya jalani.
Dan saat jalan pagi, kulihat
banyak pedagang baru bermunculan. Salah satunya adalah pedagang bubur
tiga jodo. Bagus ya namanya. Setiap hari lewat, lama-lama tertarik juga
ingin membeli sehingga suatu hari saya niatkan bawa uang untuk beli
bubur itu (biasanya saat jalan pagi saya ga bawa uang. takut tergoda
beli ini itu :) ) eh sampai tempat biasanya tukang bubur itu mangkal,
tidak kelihatan gerobaknya. Oh mungkin sedang tidak jualan hari ini.
Semoga besok jualan. Eh sampai hari ini, dia belum juga jualan. Sudah
lebih dari satu minggu. Apa mungkin sudah berhenti jualan ya? Padahal
dia pedagang baru. Belum ada 1 bulan.
Pagi ini saya jalan
pagi bawa uang dengan tujuan ingin beli bubur kacang ijo dekat pasar.
Sampai deket pasar, ternyata si bapak tukang bubur juga tidak jualan.
Waduh, masak gagal lagi sarapan buburnya. Kemudian saya teringat, ada
satu lagi bapak tukang bubur kacang ijo yang kutahu udah lama jualannya
walau lumayan jauh sih, tapi demi bisa sarapan burjo, dan masih di jalur
jalan pagiku, kulangkahkan kaki menuju bapak burjo yang satu itu. Dan
Alhamdulillah... si bapak burjo ini jualan! Akhirnya aku beli bubur
kacang ijo dari bapak itu.
So, menurutku dari pengalaman
mau beli bubur itu, PERSONAL BRANDING itu tidak bisa dibangun dalam
sekejap mata. Pedagang baru jangan cepat-cepat berhenti atau berganti
dagangan bila belum banyak yang beli. Bisa jadi, konsumen sedang
mengamati dagangan Anda. Saat mereka sudah mau membeli, pastikan Anda
masih ADA untuk mereka.
Begitu juga saat kita memulai BISNIS. Jangan mudah menyerah. Jangan langsung bilang bisnis ini tidak
cocok untuk kita. Anggap saja saat ini kita sedang membangun BRANDING
kita. Branding bahwa kita sekarang berbisnis lo. Tidak semua orang
langsung tertarik pada saat kita tawari bisnis kita. Bisa jadi dia
sedang mengamati, bagus atau nggak bisnis yang kita tawarkan seperti
saya yang ga beli-beli bubur tiga jodo saat pertama kali buka. Namun
lama-lama timbul juga niat saya untuk beli, eh tukang buburnya udah ga
jualan lagi. Jangan sampai itu terjadi dengan bisnis yang kita rintis
ya. Jangan sampai saat orang ingin berbisnis dengan kita, malah kitanya
udah ga bisnis itu lagi. Sayang kan. so... NEVER GIVE UP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar